Gimana sih Cara Menulis?

Ini pertanyaan yang entah sudah keberapa ribu kali menyambar telinga saya. Dan harusnya sudah terjawab ratusan situs, blog, majalah, talkshow. Toh, setiap mendapat kenalan baru, pertanyaan itu hampir selalu terlontar. Haduh, apakah saya dilahirkan dengan manual menulis terikat di kaki saya, sementara Anda tidak?!

Kalau itu yang tebersit dalam benak Anda, hapus segera. Karena ITU KONYOL!

Tiap orang pasti bisa menulis. Yang jadi pertanyaan pun harusnya bukan: ”Gimana sih cara menulis?” Yang benar: ”Gimana sih cara menulis tulisan yang mengalir lancar dan enak dibaca?” NAH-HA!


Tiap penulis memiliki triknya sendiri. Trik saya adalah hasil pergelutan pribadi sembilan tahun silam, di usia 18 tahun. Ketika pertama kalinya menulis secara profesional. Saya harus menulis 5 artikel sehari. Dengan ”hukuman” tambahan 1 artikel setiap kali tidak sanggup menyelesaikannya. Dan saya sukses menangis saat akumulasi hukuman mencapai 20 artikel. Pada bos saya berkata, ”Bukan nyerah, Mas *hiks hiks* Tapi ajarin saya nulis *hiks hiks* Saya lho nggak pernah ngirim cerpen ke Bobo semasa SD *hiks hiks srooot* Gimana bisa nulis dua puluh artikel kalau nggak tahu caranya?”

Bos tersenyum. ”Ah, kamu tahu kok. Buktinya sekarang ini, bisa ngomong sama saya, berarti kamu bisa menulis.”

Satu kalimat, ”Bisa ngomong, berarti bisa menulis,” itulah yang tiba-tiba menyentak saya. Oalaaa, ternyata begitu ya caranya.

Simpel saja. SELAMA MENULIS, BAYANGKAN ANDA NGOBROL DENGAN PEMBACA!
Sesuaikan Gaya Bahasa

Ketika ngobrol, Anda gunakan kalimat baku dengan ejaan yang disempurnakan, ataukah bahasa gaul sehari-hari? Tergantung orang yang diajak ngobrol dan situasi bukan? Artinya, bila pembaca kalangan akademisi dalam situasi formal (misal: skripsi, diktat), gunakan kalimat baku. Bila pembaca kalangan umum dalam situasi santai (misal: postingan blog), ah… Anda sudah tahu jawabnya.
Singkat Itu Nikmat

Ketika ngobrol, sanggupkah Anda melontarkan kalimat sepanjang lima meter dalam satu tarikan napas? Berapa kata paling banyak? Nah, batasi kata dalam tiap kalimat sebanyak itu pula. Yang singkat lebih nikmat. Semasa SMA saya pernah membuang surat cinta saat baru membaca lembar kedua (dari 10 lembar HVS Folio!). Dan langsung leleh ketika seseorang mengucapkan 2 patah saja, ”Kamu cantik.” Mengerti maksud saya?
Rajin Mendengar, eh… Membaca

Saat ngobrol, mana yang lebih baik: lebih banyak menyerocos, atau lebih banyak mendengarkan? Begitu pula dengan menulis. Gemar membaca wajib hukumnya. Dengan begitu, makin banyak kosakata yang Anda kenali. Dan saat menulis, Anda takkan lagi bingung memilih kata.
Dan… IYA! Menulislah!

*ngakak* Pasti sudah bosan ya disodori kalimat, ”Kalau ingin bisa menulis, seringlah menulis.” Maaf, tapi itu memang benar adanya. Toh, bisa dibikin simpel. Tahu trik paling gampang? Jatuh cinta!
Saat jatuh cinta, perasaan campur aduk kan? Manfaatkan masa-masa ekstatik halusinatik itu untuk berlatih menulis. Tulis puisi tentang bulu mata lentiknya. Tulis surat penuh rayuan gombal untuknya. Tulis apa pun tentang dia di buku harian (atau di notes yang nantinya dibuang deh, kalau tidak ingin dibilang ”emo”, hehe…). Dan saat kembali berpijak ke bumi, Anda sudah menulis cukup banyak. Dan cukup berpengalaman untuk menulis tema-tema yang lebih serius.

Ada trik lain? Berbagi lewat komentar yuk.

sumber: ruangfreelance.com
Tags:

About author

Curabitur at est vel odio aliquam fermentum in vel tortor. Aliquam eget laoreet metus. Quisque auctor dolor fermentum nisi imperdiet vel placerat purus convallis.